Entri yang Diunggulkan

Suka Onani Coli atau Ngiclik?

Suka Seks Anal Atau Sodomi?

 Suka Seks Anal Atau Sodomi?


Seks anal kadang dilakukan untuk kesenangan ataupun menghindari kehamilan. Padahal selain risikonya yang berlipat ganda, dengan cara ini kehamilan dapat tetap terjadi.
Seks anal adalah aktivitas seksual di area anal (bokong) yang umumnya meliputi: penetrasi penis ke anus, penetrasi jari atau mainan seks seperti vibrator ke anus, ataupun seks oral yang dilakukan dengan menstimulasi anus menggunakan mulut atau lidah.



Penyakit Menular Seksual hingga Pendarahan

Anus adalah organ tubuh yang sangat sensitif karena sarat dengan ujung saraf sehingga dapat menjadi area stimulasi seks yang menyenangkan. Namun kesenangan ini tidak sepadan dengan risiko yang terkandung. Berikut beberapa di antaranya:
Penetrasi dan seks oral pada anus meningkatkan risiko penularan penyakit menular seksual.
Dibandingkan aktifitas seksual lainnya, aktifitas seksual yang melibatkan penetrasi ke anus mempunyai risiko tertinggi dalam risiko penularan penyakit menular seksual, seperti HIV, herpes kelamin, kutil kelamin, klamidia, hepatitis B, gonore, dan sifilis. Orang yang melakukan seks melalui anal 30 kali lebih berisiko terkena HIV dibanding yang melakukan penetrasi melalui vagina. Paparan human papillomavirus (HPV) dapat memicu pertumbuhan kutil pada dubur hingga kanker anus.
Tidak hanya penetrasi, namun seks oral pada anus juga membuat kedua pasangan berisiko terkena  herpes, hepatitis, HPV, dan infeksi lain. Beberapa infeksi dapat disebabkan virus atau bakteri yang disebarkan melalui seks oral yang dilakukan bergantian dengan seks anal, seperti hepatitis A atau E. Coli. Memasukkan jari ke anus pasangan juga dapat menyebabkan risiko serupa
Anus tidak memiliki pelumas sehingga rentan rusak.
Tidak seperti vagina yang terlindungi pelumas, penetrasi pada anus dapat merusak jaringan di dalamnya. Menggunakan pelumas tidak akan mencegah risiko kerusakan jaringan anus. Kondisi ini juga membuat bakteri dan virus dapat masuk dengan mudah ke pembuluh darah sehingga mempercepat penyebaran infeksi menular seksual, termasuk HIV.
Anus penuh dengan bakteri yang berpotensi menginfeksi pasangan.
Walau pasangan yang melakukan seks anal tidak mempunyai penyakit menular seksual, terdapat bakteri yang secara normal memang hidup di anus sehingga berisiko menginfeksi pasangan. Hubungan seksual yang dilakukan dari anus kemudian berpindah ke vagina juga berisiko menimbulkan perpindahan bakteri dan memicu infeksi saluran kencing.
Penetrasi seks anal berisiko melemahkan cincin otot anus.
Anus didesain dengan otot yang menyerupai cincin untuk mengatur aktifitas buang air besar. Cincin otot ini disebut sfingter. Cincin otot anus membuka saat buang air besar dan menutup setelah buang air besar selesai. Seks anal yang terus menerus dapat melemahkan otot ini sehingga membuat pelakunya menjadi susah mengontrol buang air besar.
Perdarahan setelah seks anal.
Setelah seks anal, dapat terjadi perdarahan  akibat hemoroid, robeknya jaringan, atau bahkan terjadi lubang pada usus. Ini merupakan kondisi berbahaya yang memerlukan penanganan medis darurat seperti operasi dan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Selain itu, seks anal kadang dilakukan untuk menghindari kehamilan. Namun sebenarnya kehamilan tetap dapat terjadi jika air mani masuk ke dalam lubang vagina yang posisinya tidak jauh dari anus.

Meminimalkan Risiko Seks Anal

Cara paling efektif untuk menghindari risiko seks anal adalah dengan tidak melakukan kegiatan seks ini sama sekali. Namun jika memang ingin tetap melakukan aktivitas seksual ini, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
  • Kenakan kondom untuk melindungi diri dari penyakit menular seksual saat melakukan penetrasi seks anal.
  • Gunakan pelumas berbahan dasar air yang banyak tersedia di apotek atau supermarket. Bukan yang berbahan dasar minyak seperti losion atau pelembap karena dapat menyebabkan kebocoran pada kondom lateks.
  • Untuk menghindari infeksi saluran kencing karena perpindahan bakteri dari anus ke vagina, gunakan kondom baru setelah melakukan seks anal kemudian melakukan penetrasi vagina, atau sebaliknya.
  • Senam Kegel dapat berperan membantu memperbaiki cincin otot anus yang melemah akibat seks anal.
  • Untuk  mengurangi risiko rusaknya jaringan, buat tubuh rileks sebelum melakukan seks anal. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan mandi air hangat.
  • Hentikan jika seks anal terasa menyakitkan.
Segera periksakan diri ke dokter jika terjadi pendarahan, luka, keluar cairan, nyeri pada anus, dan bila timbul benjolan pada anus. Pada akhirnya, mengingat banyaknya dan tingginya tingkat risiko seks anal, ada baiknya untuk menghindari aktivitas ini.



Dampak Sodomi Terasa Hingga Kemudian Hari

Ada banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi dewasa ini, tapi tidak semua korban mau dan berani melaporkan kejadian yang menimpa mereka. Salah satu kasus pelecehan seksual yang cukup mendapat banyak sorotan adalah sodomi. Akibat dari sodomi sendiri bisa memengaruhi baik fisik maupun psikologis korbannya secara jangka panjang.
Sodomi adalah seks anal atau oral; atau aktivitas seksual antara manusia dan non-manusia (binatang); atau setiap aktivitas seksual untuk kesenangan semata. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sodomi adalah pencabulan dengan sesama jenis kelamin atau dengan binatang; sanggama antarmanusia secara oral atau anal, biasanya antarpria; semburit (persetubuhan sesama lelaki; perjantanan).

Dampak sodomi secara fisik dan psikis

 

Sodomi berdampak pada fisik dan mental korban. Secara fisik, korban bisa menderita penyakit kulit eritema, fisura anal (anus robek), bekas luka perianal, kutil dubur, iritasi usus besar, dispepsia non ulkus (nyeri di perut bagian atas), nyeri perut kronis, nyeri panggul kronis, HIV, dan penyakit menular seksual. Korban juga dapat menderita gangguan otot anus seperti encopresis (buang kotoran di celana), dan nyeri saat buang air besar.Sedangkan secara psikis, korban sodomi dapat menderita ketakutan, kecemasan, mudah marah, gangguan tidur, gangguan makan, merasa rendah diri, depresi,  memiliki ketakutan yang berlebihan, merasa gugup, stres, menyalahgunakan alkohol dan narkoba, memiliki masalah dalam hubungan intim, tidak berprestasi di kantor, hingga mencoba bunuh diri.
Bila sodomi terjadi pada anak-anak, bisa saja ia ketinggalan pelajaran di sekolah. Namun, pelecehan terhadap anak jarang terdeteksi karena mereka sering kali takut mengadukan perbuatan tidak menyenangkan yang dialami.
Dan jika yang menjadi korban sodomi adalah pria, ada tambahan efek samping jangka panjang. Contohnya merasa tertekan membuktikan kejantanannya secara fisik dan seksual, kehilangan kepercayaan diri pada kejantanannya, bingung dengan identitas seksualnya, takut menjadi homoseksual, hingga homofobia.

Hukum yang mengatur tindak kejahatan sodomi di Indonesia

Mengapa ada orang yang suka melakukan hubungan seksual lewat anal atau sodomi? Alasannya bermacam-macam, mulai dari menuntut kepuasan seksual dari pasangan, bingung dengan orientasi seksual sendiri, mempermalukan korban, hingga merasa memiliki kekuasaan dan kontrol terhadap korban. Istilah sodomi belum dikenal dalam hukum pidana di Indonesia. Walaupun belum diatur secara khusus, perbuatan sodomi dapat dikategorikan sebagai pencabulan. Sehingga dalam praktiknya, kasus sodomi dikenakan dengan pasal-pasal tentang pencabulan.
Pelaku pencabulan (termasuk sodomi) dapat dijerat Pasal 289 KUHP dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, Pasal 290 KUHP dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun. Jika sodomi dilakukan sesama jenis terhadap anak di bawah umur, dengan pelaku adalah orang dewasa, pelaku tersebut akan dikenakan Pasal 292 KUHP dengan ancaman hukuman penjara selama-selamanya lima tahun.
Sementara itu, perbuatan cabul yang dilakukan terhadap anak di bawah umur diatur secara khusus dalam Pasal 82 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman penjara paling singkat lima tahun dan paling lama 15 tahun dengan denda paling banyak lima miliar rupiah.
Jangan ragu untuk melaporkan kepada pihak kepolisian jika Anda melihat, mendengar, atau mengalami tindak pelecehan seksual sodomi. Dan jangan lupa untuk menghubungi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) jika korban yang Anda kenal masih anak-anak.

Komentar

Posting Komentar